Sejarah Institut Teknologi Bandung

No Comments

Sejarah Institut Teknologi Bandung

Sejarah Institut Teknologi Bandung

 

Institut Teknologi Bandung (ITB) adalah sebuah perguruan tinggi negeri yang berkedudukan di Kota Bandung. Nama ITB di resmikan pada tanggal 2 Maret 1959. Sejak tanggal 14 Oktober 2013 ITB menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) yang memiliki otonomi pengelolaan dalam akademik dan nonakademik. ITB telah memiliki 27 program studi yang terakreditasi secara internasional (sebelas dari ABET, sebelas dari ASIIN). Kurun waktu sejarah pendirian ITB dapat di bagi dalam periode:

  • Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS – 1920–1942)
  • Institute of Tropical Scientific Research (1942–1945)
  • Bandoeng Koogyo Daigaku (1944–1945)
  • Sekolah Tinggi Teknik Bandung (1945–1946)
  • Technische Faculteit, Nood-Universiteit van Nederlandsch Indie (1946–1947)
  • Faculteit van Technische Wetenschap dan Faculteit der Exacte Wetenschap Universiteit van Indonesie te Bandoeng (1947–1950)
  • Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universitas Indonesia Bandung (1950–1959)
  • Institut Teknologi Bandung (1959–sekarang)

Sejarah Institut Teknologi Bandung (ITB) bermula sejak awal abad ke-20 atas prakarsa masyarakat penguasa kala itu. Tujuan awal pendiriannya adalah untuk memenuhi kebutuhan tenaga teknik. Yang menjadi sulit karena terganggunya hubungan antara negeri Belanda dan wilayah jajahannya di kawasan Nusantara. Sebagai akibat pecahnya Perang Dunia Pertama.

Baca juga : Sejarah Universitas Padjadjaran

Technische Hoogeschool te Bandoeng (sering di singkat menjadi TH te Bandoeng, TH Bandung, atau THS) berdiri tanggal 3 Juli 1920 sebagai sekolah tinggi pertama di Hindia Belanda. TH Bandung di buka pertama kali dengan satu fakultas yaitu de Faculteit van Technische Wetenschap yang hanya mempunyai satu bagian yaitu de afdeeling der Weg- en Waterbouwkunde.

Kampus ITB merupakan tempat di mana presiden Indonesia pertama, Soekarno, meraih gelar insinyurnya dalam bidang Teknik Sipil. Lama studi untuk menjadi insinyur adalah empat tahun. Sampai dengan di tutupnya pada tahun 1942, THS memiliki tiga bagian (afdeeling) yaitu sipil (1920), kimia (1940), dan mesin dan listrik (1941). Namun dua bagian terakhir belum sempat meluluskan seorang insinyur.

  • Kurun dasawarsa pertama tahun 1960–an ITB mulai membina dan melengkapi dirinya dengan kepranataan yang harus di adakan. Dalam periode ini di lakukan persiapan pengisian-pengisian organisasi bidang pendidikan dan pengajaran, serta melengkapkan jumlah dan meningkatkan kemampuan tenaga pengajar dengan penugasan belajar ke luar negeri.
  • Kurun dasawarsa kedua tahun 1970–an ITB diwarnai oleh masa sulit yang timbul menjelang periode pertama. Satuan akademis yang telah di bentuk berubah menjadi satuan kerja yang juga berfungsi sebagai satuan sosial-ekonomi yang secara terbatas menjadi institusi semi-otonom. Tingkat keakademian makin meningkat, tetapi penugasan belajar ke luar negeri makin berkurang. Sarana internal dan kepranataan semakin di manfaatkan.
  • Kurun dasawarsa ketiga tahun 1980–an di tandai dengan kepranataan dan proses belajar mengajar yang mulai memasuki era modern dengan sarana fisik kampus yang makin di lengkapi. Jumlah lulusan sarjana makin meningkat dan program pasca sarjana mulai di buka. Keadaan ini di dukung oleh makin membaiknya kondisi sosio-politik dan ekonomi negara.
  • Kurun dasawarsa keempat tahun 1990–an perguruan tinggi teknik yang semula hanya mempunyai satu jurusan pendidikan itu, kini memiliki dua puluh enam Departemen Program Sarjana, termasuk Departemen Sosioteknologi, tiga puluh empat program studi S2/Magister dan tiga bidang studi S3/Doktor yang mencakup unsur-unsur ilmu pengetahuan, teknologi, seni, bisnis dan ilmu-ilmu kemanusiaan.
Categories: Pendidikan, Universitas Tags: Tag: , ,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *